Saturday, February 28, 2009

Topi lusuh penyangga terik matahari 28/02/09

"hari terakhir di Feb 2009"



Mencoba berdiri, memulai hari
sedetik setelah

kau mengecup ku
merapikan rak buku, menghempaskan debu

"13:55" mengertikah dia?
keyakinan?
jangan di putar balik kan!
tenangkan diri, tentukan!

aliran sungai
mengalir, bertemu di samudra
memang, banyak penghambat, tapi akhirnya pasti menepi
percaya kita, percaya Dia

Topi ini, pasti akan tua nanti
walau benar, tetap akan memaksa ku
menikmati terik ini


-Riphat

Friday, February 27, 2009

tersenyum 25/02/09

"pagi buta menelantarkan udara, meniduri bulan"


tersenyum
karenanya aku tersenyum

HUH. lagi-lagi kalimat manual yang banyak beredar
aku bosan

dia terlelap di sebelah ku
mengheningkan cipta, menerangkan jiwa
sudah pagi, masih gelap
semua yang kubutuhkan, dipenuhinya

sebuah tarikan tinta, singkat namun merembet
mencoba memahami

semoga dia tahu

bahwa sungguh, dia sosok sempurna ku



-Riphat


(at the place she live her life)

Serutan kayu 23/02/09

"kesal akan waktu, jarak, dan tempat"



tak terpakai
terbuang begitu saja
ingin menjadi berguna
namun tak berdaya

celoteh anak itu, seperti macan gurun
gadis manis terlihat sempurna dengan gaun
tapak demi tapak, menghilang perlahan
terlihat jelas, mengeringnya dahan

dilewati tahap demi tahap
semakin terasa tak dianggap
hawa panas semakin meluas
tak sedikitpun tawa terlintas

hidup beratap namun tak beralas

wahai serutan kayu
engkau tidak berulah, juga tidak salah
namun mereka menggeluti, dan menyapu mu
engkau tenggelam akan masa silam

wahai serutan kayu,
ternyata engkau adalah aku


-Riphat

ibu 20/02/09

"teringat akan pusaranya. ibuku tercinta"


ibu,
aku ingin bercerita(tentangnya)
namun engkau tak ada

ibu,
aku ingin mengeluh(tentangnya)
namun engkau terlihat jauh

ibu,
aku ingin menangis(karenanya)
namun engkau tak mencoba menepis

ibu,
aku ingin tertawa(bersama mu)
namun kita di tempat berbeda

ibu,
AKU GILA!
aku ingin kita bersama
menghabiskan waktu
dengan niat tertuju

ibu,
dimana aku bisa menumpukan amarah seperti dulu?
dimana kita bisa menikmati gelak tawa bersama seperti dulu?

ibu,
aku belum selesai

ibu....

tunggu!!!....



-Riphat

keluh ketika keruh 19/02/09

"kenapa? pertanyaan dasar setiap insan"

kenapa?

kenapa lo?
kenapa lo dateng?
kenapa lo pergi?
kenapa lo dateng dan pergi seenaknya?

apakah ini emang niat awal?
atau hanya terjadi tanpa sadar?
apakah ini emang yang sudah seharusnya?
atau hanya mengikuti ego lo doang?

apa salah gue sama lo?
apa pernah lo ngerasa salah sama gue?
apa benar lo emang seperti ini?
apa yang engga gue kasih ketika lo minta?

kenapa? apa yang engga gw lakukan buat lo?

kenapa baru sekarang?
kenapa tidak dulu atau nanti?
kenapa harus gue?
kenapa tidak yang lain juga?

apakah ini tempat waktu bersandiwara?
atau hanya opera belaka?
apakah ini tempat jarak bersua?
atau hanya pelampiasan belaka?

hebat.

hebat lo!

selamat dan terima kasih



-Riphat

Pelukis jiwa, selamat datang di dunia ku 17/02/09

"hembusan angin, memutar aku. mencoba membakar. huh, untung saja. ku ingin dia disini"


Hari selasa, kemarin kita bersama
berdua, mencoba berangan-angan
merangkai masa depan
dibawah rindangnya dahan

semua bahagia, matahari tersenyum
meraba lembut, mengetuk pintu hati
senyumnya, dari aku untuk mu sayang
tak pernah terlewatkan dari cahaya terang

hujan hari ini baru saja berakhir
menyapa ku, menawarkan wajah
dengan terpaksa, rasa sedih tersingkir
bukan berarti semua terlewat dengan mudah

janganlah berganti, tetaplah seperti ini
seratus rupa pemuja, mencoba menanti
berbagi impian sederhana
mencoba mengeluh, "kenapa kau jauh?"

bila nanti kita terpisah, melewati jutaan cahaya. janganlah berubah.
sungguh, terlalu lelah walau hanya sekedar bermimpi

Raut wajah mempunyai kisah
harapan setiap gagak pengganggu
kebersamaan terjaga oleh laut merah
memperbaiki hidup dengan jiwa baru

pernah kah kau merasa gila?
selamat datang di dunia ku
pernah kah kau merasa tergores?
selamat datang di dunia ku


aku memperhatikan sosok sempurna, milik ku. itukah kau? engkau kah yang mengetuk jendela malam itu? yang memberi warna, memperindah cemara, menoreh, meneteskan tinta, warna setiap detik. tanpa terpaksa, aku tersenyum.

wahai pelukis jiwa, terima kasih. disinilah tempatmu, jangan engkau beranjak. Tetap lah bersama ku!


-Riphat

Silent jealousy 16/02/09

"feel the love. feel the pain. no love without pain. when you meet hello, you will meet good bye."

keep silent
too cold to speak out
this coat, covering the cold
useless, nothing happen

you are out of my blue

no happiness without pain
find a way with yesterday feeling
let me know that i am yours and you are mine
by the way you say, for you i will

you might know things i would never say

a love that will last, hold on
stay with me
this is a letter to you
give the clue things you know nothing about

that's why i call it "new day"

Dear, we are a new classic love story
by using coat for cold
the world when there was only me and you
pocketfull of sunshine

you complete me with a lot of things, reasons, and feelings

especially, you complete me with you. And the silent of it. The silent of jealousy.


-Riphat

Sabtu, minggu pertama 08/02/09

"Terbitnya matahari. Para pemain bersiap-siap"



membuka mata, menelisik hari

mengutip setiap ketukan. Memperhatikan serat daun
mencoba mengolah adonan, mengairi tumbuhan
ingin berteriak, meratapi keluh kesah
melipat halaman buku, pertanda untuk dibaca nanti

pakaian-pakaian lusuh, menutup-nutupi oknum bersahaja
hal yang biasa aku lakukan, bukan lah hal tabu
untuk ku setidaknya
senyuman gadis tanpa dosa kembali tersirat

"bagaimana hari mu, mas?" ujarnya

pertanyaan biasa yang memberikan tiket masuk
lekukan setiap gerak, maupun angin sekitar
selalu begitu, ter arah baru
tumpukan sampah kembali memaksa

kumpulkan, masuk kan ke dalam plastik. buang ke tempatnya!

apakah sampah itu aku?
aku merasa menjadi sampah
kalau bukan karena beliau berdua, aku memang sampah
dunia, saudara, sahabat, maupun kerabat. Asal kalian tahu.

Aku sampah. setidaknya itu yang aku rasakan.


-Riphat

fill the soul never called 19/12/08

"it's so hard to breath. So hard to get out. And i don't know how much longer i can keep this up."


Fill the soul never called



This place is not bright enough
i try to detect something out of this world
something out of this world
that realization suddenly makes me wanting to scream
the fact, i find nothing

i don't know what to say actually, but i do know something

i'm trying to hear what i'm not saying
i grab hold of my breath
i only have today to say what i never want to

this has been nothing

will you please excuse me now?

don't ask me how to lose friends, not even how to alienate people

i'm surely can't explain how deep and wide the space in the place i usually called, heart. To the era i'm in love with, don't let me down!


i scold myself


-Riphat

How it goes 07/02/09

i don't know what i've done
i don't know what i've lost

i don't know who i am
i don't know how i could stand

all i know is i should

i've hardly been outside my dice
i've hardly been screwed those empty boxes
i've stand out the blood
i've burned my kidneys which is going out of my body

but i haven't know how it goes

they weren't there
they weren't here
they weren't us
they weren't me

they were them

waiting for the train
waiting for the time
waiting for the book
waiting for them, blank of what i wouldn't say

wait, it's not the words

i'll be here. waiting for you
waiting for the words
waiting for our words
then we make our world

New classic love story


-Riphat

Suara angin 02/02/09

Suara angin.




ketukan pintu, dilakukannya selalu
hening berontak, mencoba merayu
memaksa garis tangan berliku
terpampang sebuah rambu


"bukankah engkau hanya mencoba memetik angin?"


tanpa suara namun terasa
tanpa rongga hina tiada
terlalu jauh angin bersuara
hingga tiada rongga merasa terhina


Dia, Shabrina namanya. Selalu mengusik batu yang ku tanam.
Kadang membakar sampah yang lupa aku buang. membiarkan setiap darah hidup untuk dapat mengendus arus permata ini? Tidak!
Jangan main-main!

Lima daun yang jatuh itu pun merasa menekan pasir terlalu sedikit.
Laut menegur ku, agar jangan pernah mengurungkan niat awal.



Semoga dia menikmati,
suara angin yang ku berikan.





-Riphat

Dia, kamu, apapun itu 16/12/08

"Suaranya membangunkan tidur ku pagi ini. Bayangnya, mengajak untuk memulai hari. Aku (berharap) dia menunggu ku."


Terus menerus
Lagi dan tanpa henti
Menghilang kembali


Hening menari


Aku merindukannya
untuk kesekian kali
Aku (masih dan tak akan berhenti) mencintai nya
Karena dia cinta (pertama) dan aku MAU dia jadi yang terakhir.


-Riphat

Tidak ada titik sembunyi 13/12/08

"Jumat sore, bersandar di samping jendela. Tidak ada yang menemani. Menikmati hujan, memandangnya dengan hati"


Aku lelah
Aku lelah akan waktu yang berjalan sangat lambat
Karena membuat aku menunggu tidak dengan melihat
Aku di depan sendiri
Menyendiri dan merasa sepi

Aku lelah
Aku lelah akan waktu yang berlari terlalu cepat
Karena di tinggal nya aku dengan tekad yang bulat
Aku terlantar sendiri
Menyendiri dan merasa sepi

Aku lelah
Aku lelah hidup tanpa nya
Karena diri nya yang menghentikan langkah fana
Aku terpaku sendiri
Menyendiri dan merasa sepi

Aku lelah
Aku lelah terus bercerita
Karena dengan bercerita, aku seperti kembali mengulang derita
Aku kembali sendiri
Menyendiri dan merasa sepi



Membalut, mencoba menjahit luka hati
Namun benci mengikuti, dan yang terjadi,
Hati ku mati

Salahkah aku bercerita akan derita kita?

Sungguh, ini hanya rasa ingin mengeluh
Dengar, untuk ku, membenci adalah kata yang sukar
Tidak kah engkau kembali untuk menari lagi?

Dia menghilang, bertualang mengejar bintang
Pergi berlari tanpa hasrat ingin kembali
Hal yang wajar, lagi-lagi aku sendiri
Karena itu tidak ada yang perlu di sembunyikan lagi


Karena aku benci cerita ini.


-Riphat

Kembali 03/12/08

Terpaku aku menyendiri, melihatnya samar. Geliat masa lalu kembali tersadar, rasa sesal kembali tercuat mekar. Angin siang menegur renungku, setelah memahami aku menyapa. Terdengar tawa syeikh itu tanpa sadar. Menyelinap kedalam aliran sempit menuju otak. Tawa demi tawa di telusurinya sejenak. Gugur pohon berbaris dan tersenyum. Lika-liku embun pagi tersirat kembali di hati.

Dengan santun, kembali ia mengetuk jendela tempat biasa aku memandang dunia.
Kembali ku melihat dirinya
renyah terdengar suaranya

gelagat tawa empuk dan tatapan mata terpuja.

Dia sosok sempurna ku. Termenung aku memikirkan nya, kembali. Terukir lagi kisah sempurna kami. Terkenang lagi, berharap kembali. Kenangan kisah sempurna membuatku lupa untuk mengedipkan mata. Habis kata-kata ku mengungkap kisah ini.

inilah cerita lama, kembali terjadi.

Semoga dia mengerti bahwa aku ingin dia kembali, membiarkan dunia tahu, kita (pernah dan akan selalu) bersama.

Karena terkunci sudah, aku dengannya.


-Riphat

"untuk nya. Kau akan terkenang selalu. ingin aku mengulang kembali kisah kasih kita. Tapi yang sudah terjadi biar saja terjadi. Teringat ketika kau mengenalkan aku dengan apa itu cinta, hangatnya kasih sayang, dan bersihnya sebuah cinta putih. Maafkan atas segala rasa salah, keluh kesah, dan gelisah yang pernah aku adu kan. 150305"

Sa(ya)ng 29/11/08

"untuk kicau burung yang seharusnya menemani setiap pagi ku. Teh hangat, udara segar, siap memulai hari"


Tidak ada alasan untuk diam, hasrat untuk bicara teredam.
Sudah saja ingatan yang kelam.
Terima kasih adik ku sayang,
engkau akan selalu terkenang,
kutemukan sebuah titik terang.
Sampai jumpa untuk sekarang,


kita akan bersua, temui aku

setelah aku selesai bertualang,
kita pasti bertemu sayang.


-Riphat

Sudut, sebuah harapan titik terbalik 27/11/08

adakah aku di sudut hati?
lagi ku tanya, adakah aku di sudut hati?
neon yang menyala, terpaksa dia
apakah?

terbawa bila, memutar dunia

hasrat bersua, waktu tak kunjung tiba
air meluap, aku dan kau terhadap
bencana bagi ku, biasa bagi mu

senja itu menuai daram ku cinta

genderang menabuh, terpukau aku
nafas terbuang, semakin larut
balut saja luka hati di sudut

lambat laun menjadi menahun
berserakan daun-daun
berulah, terjamak sudah

duhai adik, abang berbisik
sedang asik semua, tak ada
serangga mengusik, mereka berbalik

setiap garis yang ku tarik diatas kertas putih dalam sudut memelas

kapsul surat terbawa ombak di laut
terdampar hanya di hati suatu sudut
titik terang, terkarang bukan

selimut ku bercerita, cahaya nurani, cahaya abadi. Titik di sudut itu berlari, dari itu maka ku tanya.
Lagi dan terus terulang.
Adakah aku di sudut hati?
Nama ku setidaknya?
Bagaimana?
Kau tau mengapa aku memaksa?
Karena dirimu tertera di sudut hati

kau memulai cerita hidupku di dalam sebuah titik terpelihara di sudut
semakin banyak terlihat kerut
cinta ku abadi tanpa raut


-Riphat



"mendengar apa yang tidak kau katakan, melihat apa yang kau sembunyikan, dan menikmati cinta sudah pernah kau berikan"

Terka 26/11/08

sepertinya langit mengantuk
bergiliran semakin sayu
termenung aku, kerikil berbisik

terka, bagaimana dia mencairkan darah yang mulai membeku
terka, bagaimana dia menghentikan langkah jantung ku
terka, bagaimana dia membangun istana pasir kitu

sepertinya waktu berlari meninggalkan aku yang lelah
aku mencoba bergegas, namun apa daya
hanya keresahan yang menyemangati hati

gelinding bola itu pun terlihat sangat terburu-buru
memang warna putih itu mulai memudar
butiran-butiran nasi pun juga terbujuk

mereka mulai membusuk

ingin rasanya mencuci noda di kemeja itu
mencoba merasakan lagi bahwa tidak ada salahnya memakai lagi
memang tidak ada lagi lemari kosong yang dapat ku pakai?

terlihat manis puding yang ter pampang di rumah makan seberang
setelah berhasil mengumpulkan uang untuk membeli,
kecut.

terka, bagaimana aku membuka lacinya
terka, bagaimana aku menghabiskan air digelas kuning cerah, tanpa meminumnya
terka, terka, dan terka

terka, kata beralasan untuk meminta


-Riphat

Penantian untuk bara api 25/11/08

sebuah korek, ku ambil
mencoba ku gesek dengan terampil
kunyalakan api kecil
dengan niat, akan membesar dalam beberapa saat


namun


tak kunjung, melintas
berlinang, tidak berubah
terlalu, gemuruh angin menerpa
kupelihara, dengan sabar ku memutar dasar jiwa yang kasar


proses, memakan waktu


menanti terus menanti, berharap api terus menyala, tidak mati
menanti terus menanti, berharap tidak ada parasit menggali
menanti terus menanti, menanti lagi lagi menanti

api, titik terang. Mencuat dan terus merangsang

sahabat, sekarang hanya bara yang ku jaga.

Angin menuju Bandung dari Jakarta membawanya terbang



menghilang



bara api, kisah ini akan terkenang, sayang.


- Riphat

*untuk dia, tentang kita. ketika di penjara, menunggu masa. Catatan awal untuk melakukan eksplorasi kepada dunia.

Pengaduan(seperti biasa mereka lakukan) 23/11/08

Langkah yang sudah ku lewati, kutelusuri pelan-pelan kembali.
Terhenyak aku, masa lalu yang tidak mungkin terulang, secara perlahan meraba ku.


Melihat apa yang terlewat.


Sangat terkejut jiwa ini, banyak bercak membekas.

Gerak jarum jam terdengar tergesa-gesa. Degub jantung tak beraturan, rancu.

Tersadar, sudah terlalu banyak aku menyimpan debu di hati yang bukan milik ku ini.
Sungguh tak pantas ku pelihara nyawa yang diberikan Nya, terbengkalai.

Ambil saja tumpukan bebatuan itu! rangkai dan perpanjang ruang lingkupnya.


Maaf, ku terbangkan ke alam bebas.
Aku jual di tempat dimana aku membeli.

Tak menyangka, aku menggadaikan pelipur lara yang singgah di tempat aku biasa berduka.
penjilat!



Sebenarnya tidak ada sedikitpun yang harus ku adu kan. Karena memang sang maha pendengar pun maha tahu.

Maaf atas kelancangan, terjualnya, bercak, dan pengaduan kosong ter-urai.


Lebih baik mati, tak sanggup menanti.

Ingin abadi, tapi tak ingin sendiri.


Lebih baik menunggu, menunggu rencana Mu.



-Riphat

Kisah tak terganti 19/11/08

Blog Entryrintik hujan mengisyaratkan aku berkarya.
"Hujan deras siang ini memaksa aku untuk menulis(lagi). Apa daya. Nikmatilah!"


Kisah tak terganti.



Suatu kisah ber-alamat-kan abstrak yang diinginkan setiap hal yang bernyawa.
Bermula dengan dengki tak beralasan.
Ditengah muncul serigal berbulu domba.
Hingga akhirnya terbuka semua.

Mereka benci aku mencinta-nya.

Persetan dengan 'mereka',
aku yang memulai,
aku yang membangun,
aku yang 'seharusnya' menikmati semua karya ku.



Sudah jelas abstrak in milik ku, ku persembahkan untuknya.

Rintik hujan pun tahu aku mencinta-nya.

Sudah terlalu besar Jati yang kita tanam berdua. Tidak-kah kau ingin aku mengukirkan sesuatu untuk mu?!

Walaupun terlalu dasyat angin menerpa pohon kita, tapi aku kerap menjaga. Tanah merah basah akibat hujan, sebuah karya Tuhan.

Jangan biarkan mereka merusak jalan cerita ini!

Karena kisah ini adalah
Kisah yang tidak tergantikan.


-Riphat

Sebut saja puisi vulgar 18/11/08

Sinar matahari pagi membangunkan aku dengan sunyi.
Udara segar menelusuri tubuh ku dengan nyaman.


Kawan, biarlah aku bercerita tentangnya.

Entah bagaimana aku harus ber-syukur kepada Allah.
Karena hidup ku indah, akan hadirnya dia. seperti kataku, indah tanpa celah.

Tidak bosan aku,
menemaninya,
terus memandangnya,
menyelesaikan masalah bersama,
cinta tidak membencinya.

Sungguh aku ingin,
hidup bersamanya,
menikmati hari dengannya,
menyelesaikan sisa hidup
di sisinya.

Tolong jangan,
jauhi dia dari aku,
pergi dari aku,
menghilang tanpa ikrar yang seharusnya terpaku.

Dia,
apapun yang terindah di dunia.
Abstrak yang sangat mudah dinikmati tapi
tidak mungkin di mengerti, karena hanya hati yang bekerja.

Sosok dia adalah kamu. Percaya atau tidak, memang kamu.

Aku, hanya ampas yang ingin menjadi pupuk mu.
Karena walaupun tidak berarti lagi bagi yang lain,
aku tetap dapat membantumu tumbuh dan menemani mu hidup
sebagai bunga terindah yang tidak lebih dari satu.


Tulisan ini sangat umum dan mudah dimengerti,
puisi cinta penuh arti.

Karena itu, sebut saja puisi vulgar.


-Riphat



(untuk gadis sempurna di-mata-ku yang hanya dapat aku pandangi dari jauh,
penuh kasih sayang dan harapan).

Sosok Adinda, angin bergulir 04/11/08

Dia, berhembus kencang tanpa arah.
Tertiup satu persatu bergiliran.

Mari kawan kita lihat dari lain sisi!

Sungai mengalir, bertemu dari berbagai sisi menuju suatu titik dimana semua detik merasa terusik dan menjadi bergelimpangan tanpa arah.

Mereka menuju samudra.

Tanpa beban tanpa kesan. Tapi teringat sampai mati.
selalu begitu demi waktu yang tertuju.
melaju, tanpa terasa, dia terpaku.

Inilah kisah angin yang berhembus seperti sungai mengalir.
Suatu cerita singkat dari pemuja yang terbuang, mengetahui kosong.


Kisah singkat yang terikat zaman.




-Riphat

Julia 21/10/08

Malam tenang.
sunyi tapi bergairah, tidak mudah baginya bersuara.
hanya senyuman kosong tanpa muara.
meski tidak berisi, tapi keyakinan akan mempunyai makna pasti ada.

Tenggelam dalam kesendirian, malah muncul keinginan menyelam ke dasar yang lebih kelam.
Memang sulit untuk mengartikan.
terteror dia memikirkan.
berpikir sepi dikeramaian.
merasa tersisih dan mencoba beralih.

malam tenang dengan senyum kosong.
muda belia.
seperti diawal, Julia.



Riphat

cerita lama 15/10/08

ini sebuah cerita lama. cerita dimana semua hal yang hidup mengetahiunya. merasa tergoda dengan sesuatu yang tidak seharusnya.

nasihat wanita tua itu menjadikannya membangkang. resah. tidak pernah teryakini mana benar mana salah. hanya puas. mereka tahu. kita tahu. semua mengerti.



sebuah cerita lama.



-Riphat

Dia itu Dia. Tanpa nama 27/09/08

dia. melewati hari tanpa malam.
siang berarti sepanjang hari.
dia. selalu menari. semuanya mengikutinya.
dia. menari mereka menari
dia berlari mereka berlari
tidak ada hidup tertutup.
berlatih tanpa letih
tidak menyerah,tapi memapah
rambut pirang tidak selalu menang
jgn tuang jgn senang.
ini punya arti
karena dia itu dia.
dia bukan siapa-siapa
hanya dia.
dia itu dia
penuh bunga disekitarnya
jangan salah mengerti !
semua ini punya arti
jgn berpikir terlalu dini
karena dia hanya dia
dan dia itu dia



-riphat

"R" untuk RI 08/08/08

R, dimana? Sakit.
Kau lemparkan semua tugas kuliah yang aku buat dengan susah payah.
Dilihat pun tidak.

R, kemana? Sulit.
Bergetar, merinding, dan berkeringat.
Termenung setiap detik.

R, aku tidak mau kehilangan semua itu. Semua apa? Aku bahkan tidak tahu apa yang kubicarakan.

R, kamu hebat. Gunung kau hancurkan dengan mudah. Dunia kau rubah, membuat semua terlihat sempurna. Kau melakukannya hanya seperti membalikkan telapak tangan.

Walaupun aku tahu, itu semua penuh kerja keras dan kemauan.

R, kamu tidak terlihat, kosong.
Benda yang antik dimata aku.

R, saya disini sebagai orang pertama. Dengan memakai kata "aku" sebagai penyamar.

R, gadis-gadis lucu itu, mereka mengerti bahwa "R" (Pasti selalu) untuk Ri.

-Riphat

Bising 03/07/08

Lepaskan irama itu! Terlalu bising untuk memulai hari
darah ini mengalir untuk tetap meneteskan setiap detik hidup ku
membiarkan pukulan itu terlelap? tidak habis pikir.

Air menetes menuju batu yang berteduh di bawah nya
setiap tetesan mempunyai makna
seperti nya batu itu berbeda, sudah ratusan tahun air menetes, tidak juga berlubang

Rancu

Penantian sia-sia
aku butuh alasan mengapa batu itu kekal
bising sekali, aku butuh ketenangan

mengapa harus dia?

bagaimana pun tidak ada yang kekal
dia punya arti tersendiri
sekarang aku menjalankan sesuatu. kosong

ku menunggu agar dunia tidak mengeluarkan kemarau
aku menunggu nya.

-Riphat

Gadis Kurus 13/05/08

Gadis kurus
kau duduk mata melurus
Terus menerus
Menyebar virus

Gadis kurus, indah
Kau menatap megah
Baju seksi warna merah
semua tertegun pasrah

Gadis kurus, manis
Kau berbicara puitis
Tertawa kadang meringis
Membuat kesedihan terkikis

Gadis kurus, kau membuat ku terpana
Luar biasa kagum akan kau wahai gadis kurus yang lugu
Ku berjalan menatap kau gadis, puas jiwa
kau tergoda dan tersipu malu

Gadis kurus kau sangat lucu
Tergetar aku merasakan hangat tubuhmu
Seperti palu bergerak bersama paku
Malu menyatakan tapi mau

Gadis kurus mari temani hidup
Akan berikan apa yang ingin miliki
Jangan pergi dengan jiwa tertutup
Nikmati bersama sampai mati


Hai gadis kurus, tetaplah dampingi diriku!


-Riphat