Friday, February 27, 2009

Pengaduan(seperti biasa mereka lakukan) 23/11/08

Langkah yang sudah ku lewati, kutelusuri pelan-pelan kembali.
Terhenyak aku, masa lalu yang tidak mungkin terulang, secara perlahan meraba ku.


Melihat apa yang terlewat.


Sangat terkejut jiwa ini, banyak bercak membekas.

Gerak jarum jam terdengar tergesa-gesa. Degub jantung tak beraturan, rancu.

Tersadar, sudah terlalu banyak aku menyimpan debu di hati yang bukan milik ku ini.
Sungguh tak pantas ku pelihara nyawa yang diberikan Nya, terbengkalai.

Ambil saja tumpukan bebatuan itu! rangkai dan perpanjang ruang lingkupnya.


Maaf, ku terbangkan ke alam bebas.
Aku jual di tempat dimana aku membeli.

Tak menyangka, aku menggadaikan pelipur lara yang singgah di tempat aku biasa berduka.
penjilat!



Sebenarnya tidak ada sedikitpun yang harus ku adu kan. Karena memang sang maha pendengar pun maha tahu.

Maaf atas kelancangan, terjualnya, bercak, dan pengaduan kosong ter-urai.


Lebih baik mati, tak sanggup menanti.

Ingin abadi, tapi tak ingin sendiri.


Lebih baik menunggu, menunggu rencana Mu.



-Riphat

No comments: