Friday, February 27, 2009

Sebut saja puisi vulgar 18/11/08

Sinar matahari pagi membangunkan aku dengan sunyi.
Udara segar menelusuri tubuh ku dengan nyaman.


Kawan, biarlah aku bercerita tentangnya.

Entah bagaimana aku harus ber-syukur kepada Allah.
Karena hidup ku indah, akan hadirnya dia. seperti kataku, indah tanpa celah.

Tidak bosan aku,
menemaninya,
terus memandangnya,
menyelesaikan masalah bersama,
cinta tidak membencinya.

Sungguh aku ingin,
hidup bersamanya,
menikmati hari dengannya,
menyelesaikan sisa hidup
di sisinya.

Tolong jangan,
jauhi dia dari aku,
pergi dari aku,
menghilang tanpa ikrar yang seharusnya terpaku.

Dia,
apapun yang terindah di dunia.
Abstrak yang sangat mudah dinikmati tapi
tidak mungkin di mengerti, karena hanya hati yang bekerja.

Sosok dia adalah kamu. Percaya atau tidak, memang kamu.

Aku, hanya ampas yang ingin menjadi pupuk mu.
Karena walaupun tidak berarti lagi bagi yang lain,
aku tetap dapat membantumu tumbuh dan menemani mu hidup
sebagai bunga terindah yang tidak lebih dari satu.


Tulisan ini sangat umum dan mudah dimengerti,
puisi cinta penuh arti.

Karena itu, sebut saja puisi vulgar.


-Riphat



(untuk gadis sempurna di-mata-ku yang hanya dapat aku pandangi dari jauh,
penuh kasih sayang dan harapan).

No comments: