sepertinya langit mengantuk
bergiliran semakin sayu
termenung aku, kerikil berbisik
terka, bagaimana dia mencairkan darah yang mulai membeku
terka, bagaimana dia menghentikan langkah jantung ku
terka, bagaimana dia membangun istana pasir kitu
sepertinya waktu berlari meninggalkan aku yang lelah
aku mencoba bergegas, namun apa daya
hanya keresahan yang menyemangati hati
gelinding bola itu pun terlihat sangat terburu-buru
memang warna putih itu mulai memudar
butiran-butiran nasi pun juga terbujuk
mereka mulai membusuk
ingin rasanya mencuci noda di kemeja itu
mencoba merasakan lagi bahwa tidak ada salahnya memakai lagi
memang tidak ada lagi lemari kosong yang dapat ku pakai?
terlihat manis puding yang ter pampang di rumah makan seberang
setelah berhasil mengumpulkan uang untuk membeli,
kecut.
terka, bagaimana aku membuka lacinya
terka, bagaimana aku menghabiskan air digelas kuning cerah, tanpa meminumnya
terka, terka, dan terka
terka, kata beralasan untuk meminta
-Riphat
Friday, February 27, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment